Bagaimana Sikap Terbaik Menghadapi Kekurangan Pasangan?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Penulis: Ummu Nashir N.S.

Muslimah News, KELUARGA — Pernikahan menyatukan dua hati, pikiran, bahkan jiwa. Dari pernikahan ini, terwujud kehidupan yang sarat ketenangan, ketenteraman, kasih sayang, dan persahabatan. Interaksi yang terjadi di dalamnya terjalin di atas prinsip tolong-menolong, saling menopang, bersahabat, harmonis, serta tidak kaku dan formal. Oleh karenanya, hubungan suami-istri adalah interaksi yang penuh kehangatan, kesejukan, dan jauh dari kekakuan.

Namun faktanya, penyatuan dua hati dan pikiran ini tidak selalu berjalan mulus. Sebaliknya, penuh onak dan duri. Tentu saja kondisi ini merupakan hal wajar adanya. Kadang kala penyatuan ini tidak mudah untuk diwujudkan, bahkan kadang seorang istri merasa sangat diatur oleh suaminya, atau sebaliknya, sang suami merasa tidak dihargai oleh istrinya. Jika keadaannya seperti ini, kehidupan rumah tangga yang tenteram akan sulit diwujudkan.

Begitu pula di awal kehidupan pernikahan, kadang seorang istri atau suami kaget terhadap perilaku pasangannya yang sebelumnya tidak saling mengetahui. Hal ini dianggap sebagai kekurangan pasangannya sehingga tidak jarang menjadi awal pertengkaran di antara mereka. Dengan demikian, penting bagi pasutri untuk bijak mengelola sikap agar tidak memicu perselisihan atau yang lebih dari itu.

Tidak Ada Manusia Sempurna

Satu hal yang harus kita ingat, tidak ada manusia sempurna di muka bumi, termasuk kita dan pasangan kita. Hanya Allah Yang Maha Sempurna. Pasutri adalah pasangan yang memiliki kelemahan dan kekurangan. Para suami hendaknya menyadari bahwa perempuan yang dinikahinya adalah perempuan biasa yang memiliki kelemahan dan kekurangan, demikian pula sebaliknya.

Untuk itulah, Allah Swt. mengirim pendamping bagi seseorang agar kebaikannya makin sempurna dan kelemahannya makin berkurang. Meski demikian, tidak harus menunggu diri dan pasangan sempurna agar kita bisa bahagia. Sudah sunatullah bahwa setiap manusia tidak terlepas dari salah, dosa, dan kekurangan.

Rasulullah saw. menegaskan,

التَّوَّابُوْنَ الْخَطَّائِيْنَ وَخَيْرُ خَطَّاءٌ آدَمَ بَنِي كُلُّ

“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertobat.” (HR Tirmidzi).

Sikap Terbaik Menghadapi Kekurangan Pasangan

Telah dipahami bahwa tidak ada manusia sempurna, termasuk kita dan pasangan. Oleh karenanya, kita harus selalu berusaha menjadi lebih baik. Nikmatilah semua prosesnya, ini akan membawa kebahagiaan hidup berumah tangga. Ada beberapa sikap bijaksana yang dapat kita lakukan ketika menghadapi kekurangan pasangan.


1. Menerima kekurangan pasangan dan selalu mengingat kebaikannya.

Bukan hal mudah untuk menerima berbagai kekurangan pasangan. Akan tetapi, belajar menerima kekurangan pasangan sambil selalu mengingat kebaikannya merupakan hal penting dalam kehidupan rumah tangga. Kita semua memiliki kekurangan. Ini merupakan kondisi yang harus diterima sepenuh hati. Ketika kondisi ini sepenuhnya dipahami oleh pasutri, kebosanan atau kejenuhan terhadap pasangan bisa dicegah.

See also  Enam Tips Hilangkan “Insecure” pada Anak

Setiap pasutri harus menyadari bahwa setiap orang memiliki keterbatasan, sekaligus kelebihan. Dengan demikian, pasutri harus saling mengisi dan menguatkan. Berdiskusi dengan pasangan dan selalu mengingat kebaikannya merupakan cara jitu yang akan memunculkan sikap saling menyemangati. Selanjutnya, kekurangan ini akan dapat diubah menjadi kekuatan pada hari-hari selanjutnya.

Umar bin Khaththab pernah mengingatkan seorang suami ketika melihat kekurangan atau keburukan istrinya, hendaklah ia segera mengingat-ingat kelebihan dan kebaikannya, demikian pula sebaliknya. Tujuannya agar pasutri tidak fokus pada kekurangan pasangannya, karena bisa menyebabkan terjerumus pada penyesalan dan menumbuhkan kebencian.


2. Bersabar membersamai pasangan dan memberikan kesempatan untuk berubah.

Dalam situasi apa pun, keluarga yang tegak di atas syariat Islam akan mampu menciptakan ketenangan, ketenteraman, keadilan, dan rasa aman. Pasutri hidup berdampingan saling asih dan asuh, serta menjalankan bahtera keluarga layaknya dua orang sahabat sejati yang selalu berbagi suka dan duka.

Dalam perjalanan rumah tangga, ujian dan rintangan selalu saja menghampiri, di antaranya ketika muncul keresahan akibat pasangan yang kurang sesuai harapan kita. Namun, jika pasutri mengingat tujuan awal menikah adalah ingin menggapai rida Allah Swt., mereka akan ikhlas, sabar, dan selalu berupaya memperbaiki keadaan. Ini akan menjadi hal utama yang harus dilakukan bersama pasangan. Langkah pertama, ikhlas bahwa kondisi ini datangnya dari Allah. Kemudian, berusaha memberi masukan, kesempatan, dan bantuan kepada pasangan untuk berubah menjadi lebih baik.  

Memang terkadang sulit menerima kenyataan seperti ini, bahkan bisa menjadi beban. Namun berbekal ikhlas, sabar, tawakal, saling mendukung, serta terus berusaha menjadi lebih baik, insyaallah pasutri akan bisa melampaui kondisi ini dengan baik.


3. Cooling Down.

Ada baiknya kita menenangkan diri sesaat ketika situasi kurang kondusif. Jangan langsung menegur pasangan, tetapi carilah waktu dan suasana yang tepat sehingga tidak justru menyulut emosi pasangan. Hal ini pernah dicontohkan oleh Umar bin Khaththab ketika beliau memberi masukan kepada salah seorang sahabat yang mengadu kepadanya ketika ia kecewa melihat kekurangan istrinya.

Umar berkata, ”Wahai saudaraku, sesungguhnya aku bersabar atas sikap istriku karena hak-haknya padaku. Ia yang memasakkan makananku, membuatkan rotiku, mencucikan pakaianku, menyusui anak-anakku, dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram, karena itu aku bersabar atas sikapnya.” Sahabat itu berkata, ”Wahai Amirulmukminin, demikian pula istriku.” Berkatalah Umar, ”Bersabarlah atas sikapnya, wahai saudaraku.” (kitab Al-Kabair oleh Adz-Dzahabi).

See also  Poligami Memuliakan Wanita

Sikap diamnya Umar bukan berarti ia tidak membela diri, justru sebaliknya. Inilah sikap mulia seorang suami, sekaligus sebagai pemimpin rumah tangga. Umar telah memberikan teladan kebaikan akhlak. Ia bukan membiarkan kesalahan istri, tetapi saat situasi memanas, sama sekali tidak kondusif untuk menasehati istri. Terlebih lagi ketika suami segera membalas kemarahan istri, maka akan terjadi perang mulut. Ledakan emosi negatif akan menjadikan pasutri terjebak pertengkaran dan masing-masing mengemukakan alasannya.

Ringkasnya, sosok suami saleh harus mampu mengendalikan diri dan menjaga keadaan tetap stabil sehingga tidak membuka kesempatan sekecil apa pun bagi setan untuk masuk dan mengacaukan suasana. Nabi saw. bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian adalah yang paling baik pergaulannya terhadap istri.” (HR Imam Ahmad).


4. Berkomunikasi bersama pasangan dengan bahasa yang baik dan diksi yang tepat.

Situasi apa pun yang menimpa keluarga kecil kita, baik yang menggembirakan atau sebaliknya, harus dibicarakan bersama pasangan. Upayakan berbicara dalam suasana tenang, terlebih ketika ada hal yang kurang berkenan dari pasangan kita. Perlu juga memilih tempat berbicara yang nyaman. Lakukan hanya berdua, tidak di hadapan orang lain, apalagi anak-anak.

Ketika berkomunikasi dengan pasangan, pilihlah kata-kata yang baik dan diksi yang tepat. Tidak perlu menghakimi, karena  masukan yang disertai komunikasi lemah-lembut dan tidak menjustifikasikan kekurangan atau kesalahan akan membuat pasangan merasakan kesejukan dan ketenteraman saat menerima masukan. Ada kalanya, memberikan masukan dengan cara bertanya terlebih dahulu akan lebih mudah diterima daripada mengoreksi secara langsung. Mungkin uslub ini bisa dicoba.

Nada suara yang halus, lembut, dan pelan lebih enak didengar oleh pasangan daripada teriakan yang kasar. Pasutri tetap harus saling menghormati dan menghargai, bukan saling menghina atas kekurangan atau kesalahan yang diperbuat. Dengan demikian, kedua pihak tidak merasa diremehkan. Lebih dari itu, Islam pun mengajarkan, hendaknya pasutri  berbicara dengan lembut, hindari kata-kata kasar, serta caci maki yang bisa menyakiti pasangannya.

See also  Ketika Doa Istri Mengantarkan Suami Mencari Nafkah, Keberkahan Akan Tercurah

Nabi Muhammad saw. pun berpesan kepada  para suami agar mereka berlaku baik terhadap istrinya, termasuk bersabar menasehatinya, serta tidak menyakitinya. Sabda Rasulullah saw., “Ketahuilah, berwasiatlah tentang kebaikan terhadap para wanita (para istri) karena mereka hanyalah tawanan di sisi (di tangan) kalian. Kalian tidak menguasai dari mereka sedikit pun, kecuali hanya itu, terkecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Apabila mereka melakukan hal itu, kurunglah mereka di tempat tidurnya dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Namun, apabila mereka menaati kalian, tidak ada jalan bagi kalian untuk menyakitinya.” (HR Tirmidzi).


5. Terus berusaha belajar dan memperbaiki diri bersama pasangan

Dalam kondisi apa pun, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Ini dapat dilakukan dengan mempelajari buku-buku keislaman atau pun menghadiri majelis-majelis ilmu. Terlebih lagi, pasutri tentu saja harus terus meningkatkan kualitas diri dengan memperkaya tsaqafah dan makin mengenal hukum-hukum Allah, selanjutnya memahami dan mengamalkannya. Di sinilah pentingnya membina diri dengan Islam agar berbagai kekurangan yang kita miliki dapat diperbaiki.

Apalagi jika aktivitas mempelajari Islam dilakukan bersama pasangan dan keluarga, tentu makin menyenangkan. Selain bisa mendapatkan pemahaman lebih banyak, kita juga bisa berdiskusi dengan anggota keluarga lainnya sehingga semua makin paham Islam.

Dengan demikian, pasutri akan memiliki pemahaman yang sama sehingga lebih mudah saling memperbaiki kekurangan masing-masing. Orang tua juga makin mudah menguatkan pemahaman Islam anak-anaknya. Bahkan, mengikuti kajian rutin bersama bisa menjadi ajang pembinaan dan menjalin kedekatan di antara anggota keluarga. Selain itu, jika muncul penyimpangan ketika mengimplementasikan pemahaman yang telah dikaji, pasti akan lebih mudah meluruskan atau menasihatinya.

Khatimah

Kehidupan rumah tangga memang penuh liku. Oleh karenanya, dibutuhkan berbagai upaya pasutri agar biduk rumah tangga dapat mengarungi kehidupan dengan tenang. Salah satu hal penting bagi lestarinya pernikahan adalah bijaksana dan bersabar dalam berinteraksi dengan pasangan, terlebih ketika menghadapi kekurangannya.

Bagaimanapun, tidak ada manusia sempurna, termasuk kita dan pasangan. Teruslah berbenah diri dan memberi dukungan kepada pasangan agar menjadi lebih baik. Pastikan selalu bersandar dan mohon kepada Allah Swt., Sang Khalik Al-Mudabbir agar persahabatan dan hubungan kita dengan pasangan langgeng.

Semoga Allah Swt. selalu melindungi sehingga rumah tangga kita selalu berada dalam kebaikan dan keberkahan. Amin. Wallahualam bissawab. [MNews/YG]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Never miss any important news. Subscribe to our newsletter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *